Dampak Zat Aditif

DAMPAK NEGATIF PENGGUNAAN ZAT ADITIF PADA MAKANAN

Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu. Penambahan zat aditif dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai gizi yang mungkin rusak atau hilang selama proses pengolahan.
Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang selanjutnya disebut zat aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Akan tetapi, jumlah penduduk bumi yang makin bertambah menuntut jumlah makanan yang lebih besar sehingga zat aditif alami tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu, industri makanan memproduksi makanan yang memakai zat aditif buatan (sintesis). Bahan baku pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang kemudian direaksikan. Zat aditif sintesis yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa efek samping misalnya: gatal-gatal, dan kanker.

Macam-macam Zat Aditif

1. Zat Pewarna
Adalah bahan yang dapat memberi warna pada makanan, sehingga makanan tersebut lebih menarik.
Contoh pewarna alami: Contoh pewarna sintetik:
a. Anato (orange) a. Biru berlian (biru)
b. Karamel (cokelat hitam) b. Coklat HT (coklat)
c. Beta karoten (kuning) c. Eritrosit (merah)
d. Klorofil (hijau) d. Hijau FCF (hijau)

2. Penyedap rasa dan aroma serta penguat rasa
Zat aditif ini dapat memberikan, menambah, mempertegas rasa dan aroma makanan.
Penyedap rasa dan aroma (flavour)
Penyedap rasa dan aroma yang banyak digunakan berasal dari golongan ester.
Contoh: Isoamil asetat (rasa pisang), isoamil valerat (rasa apel), butil butirat (rasa nanas), isobutil propionat (rasa rum)

3. Penguat rasa (flavour echancer)
Bahan penguat rasa atau penyedap makanan yang paling banyak digunakan adalah MSG (Monosodium Glutamate) yang sehari-hari dikenak dengan nama vetsin.
Zat pemanis buatan
Bahan ini tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi, contohnya sakarin (kemanisannya 500x gula), dulsin (kemanisannya 250x gula), dan natrium siklamat (kemanisannya 50x gula) dan serbitol.

4. Pengawet
Zat aditif ini dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Contoh bahan pengawet dan penggunaannya:
a. Asam benzoat, natrium benzoat dan kalium benzoat, untuk minuman ringan, kecap, acar ketimun dalam botol dan caos.
b. Natrium nitrat (NaNo3), untuk daging olahan dan keju.
c. Natrium nitrit (Na No2), untuk daging olahan, daging awetan dan kornet kalangan.
d. Asam propionate, untuk roti dan sediaan keju olahan.

5. Anti oksidan
Zat aditif ini dapat mencegah atau menghambat oksidasi.
Contoh:
a. Asam askorbat (bentukan garam kalium, natrium, dan kalium), digunakan pada daging olahan, kaldu, dan buah kalangan.
b. Butil hidroksianisol (BHA), digunakan untuk lemak dan minyak makanan
c. Butil hidroksitoluen (BHT), digunakan untuk lemak, minyak makan, margarin dan mentega.

6. Pengemulsi, pemantap, dan pengental
Zat aditif ini dapat membantu pembentukan atau pemantapan sistem dispersi yang homogen pada makanan.
Contoh: agar-agar, gelatin, dan gom arab

7. Pemutih dan pematang tepung
Zat aditif ini dapat mempercepat proses pemutihan atau pematangan tepung sehingga dapat memperbaiki mutu pemanggangan.
Contoh: Asam askorbat, aseton peroksida, dan kalium bromat

8. Pengatur keasaman
Zat aditif ini dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman makanan. Contoh: asam asetat, aluminium amonium sulfat, amonium bikarbonat, asam klorida, asam laktat, asam sitrat, asam tentrat, dan natrium bikarbonat

9. Anti kempal
Zat aditif ini dapat mencegah pengempalan makanan yang berupa serbuk. Contoh: aluminium silikat (susu bubuk), dan kalsium aluminium silikat (garam meja)

10. Pengeras
Zat aditif ini dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan. Contoh: aluminium amonium sulfat (pada acar ketimun botol), dan kalium glukonat (pada buah kalangan)

11. Sekuestran
Adalah bahan yang mengikat ion logam yang ada dalam makanan. Contoh: asam fosfat (pada lemak dan minyak makan), kalium sitrat (dalam es krim), kalsium dinatrium EDTA dan dinatrium EDTA

12. Penambah gizi
Zat aditif yang ditambahkan adalah asam amino, mineral, atau vitamin untuk memperbaiki gizi makanan.
Contohnya: Asam askorbat, feri fosfat, vitamin A, dan vitamin D.

Untuk mempertahankan hidupnya, manusia tidak lepas dari makanan. Guna makanan untuk mendapatkan energi, memperbaiki sel-sel yang rusak, pertumbuhan, menjaga suhu dan menjaga agar badan tidak terserang penyakit, makanan yang bergizi merupakan makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Untuk maksud tersebut kita memerlukan zat aditif.
Zat aditif pada makanan adalah zat yang ditambahkan dan dicampurkan dalam pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. Jenis¬-jenis zat aditif antara lain pewarna, penyedap rasa, penambah aroma, pemanis, pengawet, pengemulsi dan pemutih.

Zat aditif pada makanan ada yang berasal dari alam dan ada yang buatan (sintetik). Untuk zat aditif alami tidak banyak menyebabkan efek samping. Lain halnya dengan zat aditif sintetik.

Bahan pengawet

Pengawet adalah bahan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan mikroorganisme. Zat pengawet dimaksudkan untuk memperlambat oksidasi yang dapat merusak makanan. Ada dua jenis pengawet makanan yaitu alami dan sintetik (buatan). Pengawet yang paling aman adalah bahan-bahan alam, misalnya asam cuka (untuk acar), gula (untuk manisan), dan garam (untuk asinan ikan/telur). Selain itu beberapa bahan alam misalnya saja penambahan air jeruk atau air garam yang dapat digunakan untuk menghambat terjadinya proses reaksi waktu coklat (browing reaction) pada buah apel.

Keuntungan zat aditif

Penggunaan zat aditif memiliki keuntungan meningkatkan mutu makanan dan pengaruh negatif bahan tambahan pangan terhadap kesehatan.
Agar makanan dapat tersedia dalam bentuk yang lebih menarik dengan rasa yang enak, rupa dan konsentrasinya baik serta awet maka perlu ditambahkan bahan makanan atau dikenal dengan nama lain “food additive”.
Penggunaan bahan makanan pangan tersebut di Indonesia telah ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan Undang-undang, Peraturan Menteri Kesehatan dan lain-lain disertai dengan batasan maksimum penggunaannya. Di samping itu UU Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan Pasal 10 ayat 1 dan 2 beserta penjelasannya erat kaitannya dengan bahan tambahan makanan yang pada intinya adalah untuk melindungi konsumen agar penggunaan bahan tambahan makanan tersebut benar-benar aman untuk dikonsumsi dan tidak membahayakan.

Namun demikian penggunaan bahan tambahan makanan tersebut yang melebihi ambang batas yang ditentukan ke dalam makanan atau produk-produk makanan dapat menimbulkan efek sampingan yang tidak dikehendaki dan merusak bahan makanan itu sendiri, bahkan berbahaya untuk dikonsumsi manusia. Semua bahan kimia jika digunakan secara berlebih pada umumnya bersifat racun bagi manusia. Tubuh manusia mempunyai batasan maksimum dalam mentolerir seberapa banyak konsumsi bahan tambahan makanan yang disebut ADI atau Acceptable Daily Intake. ADI menentukan seberapa banyak konsumsi bahan tambahan makanan setiap hari yang dapat diterima dan dicerna sepanjang hayat tanpa mengalami resiko kesehatan.

ADI dihitung berdasarkan berat badan konsumen dan sebagai standar digunakan berat badan 50 kg untuk negara Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya. Satuan ADI adalah mg bahan tambahan makanan per kg berat badan. Contoh: ADI maksimum untuk B-karoten = 2,50 mg/kg, kunyit (turmerin) = 0,50 mg/kg dan asam benzoat serta garam-garamnya = 0,5 mg/kg.
(Zat Aditif yang terkandung dalam Bahan Makanan) – Setiap hari kita memerlukan makanan untuk mendapatkan energi (karbohidrat dan lemak) dan untuk pertumbuhan sel-sel baru, menggantikan sel-sel yang rusak (protein). Selain itu, kita juga memerlukan makanan sebagai sumber zat penunjang dan pengatur proses dalam tubuh, yaitu vitamin, mineral, dan air.

Sehat tidaknya suatu makanan tidak bergantung pada ukuran, bentuk, warna, kelezatan, aroma, atau kesegarannya, tetapi bergantung pada kandungan zat yang diperlukan oleh tubuh. Suatu makanan dikatakan sehat apabila mengandung satu macam atau lebih zat yang diperlukan oleh tubuh. Setiap hari, kita perlu mengonsumsi makanan yang beragam agar semua jenis zat yang diperlukan oleh tubuh terpenuh. Hal ini dikarenakan belum tentu satu jenis makanan mengandung semua jenis zat yang diperlukan oleh tubuh setiap hari. 
Supaya orang tertarik untuk memakan suatu makanan, seringkali kita perlu menambahkan bahan-bahan tambahan ke dalam makanan yang kita olah. Bisa kita perkirakan bahwa seseorang tentu tidak akan punya selera untuk memakan sayur sop yang tidak digarami atau bubur kacang hijau yang tidak memakai gula. Dalam hal ini, garam dan gula termasuk bahan tambahan. Keduanya termasuk jenis zat aditif makanan. Zat aditif bukan hanya garam dan gula saja, tetapi masih banyak bahan-bahan kimia lain.
Zat aditif makanan ditambahkan dan dicampurkan pada waktu pengolahan makanan untuk memperbaiki tampilan makanan, meningkatkan cita rasa, memperkaya kandungan gizi, menjaga makanan agar tidak cepat busuk, dan lain.

Bahan yang tergolong ke dalam zat aditif makanan harus dapat:
1. memperbaiki kualitas atau gizi makanan;
2. membuat makanan tampak lebih menarik;
3. meningkatkan cita rasa makanan; dan
4. membuat makanan menjadi lebih tahan lama atau tidak cepat basi dan busuk.
Zat-zat aditif tidak hanya zat-zat yang secara sengaja ditambahkan pada saat proses pengolahan makanan berlangsung, tetapi juga termasuk zat-zat yang masuk tanpa sengaja dan bercampur dengan makanan. Masuknya zat-zat aditif ini mungkin terjadi saat pengolahan, pengemasan, atau sudah terbawa oleh bahan-bahan kimia yang dipakai. Zat aditif makanan dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
1. zat aditif yang berasal dari sumber alami, seperti lesitin dan asam sitrat;
2 zat aditif sintetik dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa dengan bahan alami yang sejenis, baik susunan kimia maupun sifat/fungsinya, seperti amil asetat dan asam askorbat.
Berdasarkan fungsinya, baik alami maupun sintetik, zat aditif dapat dikelompokkan sebagai zat pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap rasa. Zat aditif dalam produk makanan biasanya dicantumkan pada kemasannya.

1. Zat Pewarna

Pemberian warna pada makanan umumnya bertujuan agar makanan terlihat lebih segar dan menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk memakannya. Zat pewarna yang biasa digunakan sebagai zat aditif pada makanan adalah:
a. Zat pewarna alami, dibuat dari ekstrak bagian-bagian tumbuhan tertentu, misalnya warna hijau dari daun pandan atau daun suji, warna kuning dari kunyit, seperti ditunjukkan pada Gambar 8.9, warna cokelat dari buah cokelat, warna merah dari daun jati, dan warna kuning merah dari wortel. Karena jumlah pilihan warna dari zat pewarna alami terbatas maka dilakukan upaya menyintesis zat pewarna yang cocok untuk makanan dari bahan-bahan kimia.
b. Zat pewarna sintetik, dibuat dari bahan-bahan kimia.
Dibandingkan dengan pewarna alami, pewarna sintetik memiliki beberapa kelebihan, yaitu memiliki pilihan warna yang lebih banyak, mudah disimpan, dan lebih tahan lama.

Beberapa zat pewarna sintetik bisa saja memberikan warna yang sama, namun belum tentu semua zat pewarna tersebut cocok dipakai sebagai zat aditif pada makanan dan minuman. Perlu diketahui bahwa zat pewarna sintetik yang bukan untuk makanan dan minuman (pewarna tekstil) dapat membahayakan kesehatan apabila masuk ke dalam tubuh karena bersifat karsinogen (penyebab penyakit kanker). Oleh karena itu, kamu harus berhati-hati ketika membeli makanan atau minuman yang memakai zat warna. Kamu harus yakin dahulu bahwa zat pewarna yang dipakai sebagai zat aditif pada makanan atau minuman tersebut adalah memang benar-benar pewarna makanan dan minuman.
Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna makanan dikelompokkan menjadi dye dan lake. Dye merupakan zat pewarna makanan yang umumnya bersifat larut dalam air. Dye biasanya dijual di pasaran dalam bentuk serbuk, butiran, pasta atau cairan. Lake merupakan gabungan antara zat warna dye dan basa yang dilapisi oleh suatu zat tertentu. Karena sifatnya yang tidak larut dalam air maka zat warna kelompok ini cocok untuk mewarnai produkproduk yang tidak boleh terkena air atau produk yang mengandung lemak dan minyak.

2. Zat Pemanis

Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada
makanan dan minuman. Zat pemanis dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:

a. Zat pemanis alami. Pemanis ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu, dan aren. Selain itu, zat pemanis alami dapat pula diperoleh dari buahbuahan dan madu. Zat pemanis alami berfungsi juga sebagai sumber energi. Jika kita mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan, kita akan mengalami risiko kegemukan. Orang-orang yang sudah gemuk badannya sebaiknya menghindari makanan atau minuman yang mengandung pemanis alami terlalu tinggi.
b. Zat pemanis buatan atau sintetik. Pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia sehingga tidak berfungsi sebagai sumber energi. Oleh karena itu, orangorang yang memiliki penyakit kencing manis (diabetes melitus) biasanya mengonsumsi pemanis sintetik sebagai pengganti pemanis alami. Contoh pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium siklamat, magnesium siklamat, kalsium siklamat, aspartam dan dulsin. Pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi dibandingkan pemanis alami. Garamgaram siklamat memiliki kemanisan 30 kali lebih tinggi dibandingkan kemanisan sukrosa. Namun, kemanisan garam natrium dan kalsium dari sakarin memiliki kemanisan 800 kali dibandingkan dengan kemanisan sukrosa 10%.

Walaupun pemanis buatan memiliki kelebihan dibandingkan pemanis alami, kita perlu menghindari konsumsi yang berlebihan karena dapat memberikan efek samping bagi kesehatan. Misalnya, penggunaan sakarin yang berlebihan selain akan menyebabkan rasa makanan terasa pahit juga merangsang terjadinya tumor pada bagian kandung kemih. Contoh lain, garam-garam siklamat pada proses metabolisme dalam tubuh dapat menghasilkan senyawa sikloheksamina yang bersifat karsinogenik (senyawa yang dapat menimbulkan penyakit kanker). Garam siklamat juga dapat memberikan efek samping berupa gangguan pada sistem pencernaan terutama pada pembentukan zat dalam sel.

3. Zat Pengawet

Ada sejumlah cara menjaga agar makanan dan minuman tetap layak untuk dimakan atau diminum walaupun sudah tersimpan lama. Salah satu upaya tersebut adalah dengan cara menambahkan zat aditif kelompok pengawet (zat pengawet) ke dalam makanan dan minuman. Zat pengawet adalah zatzat yang sengaja ditambahkan pada bahan makanan dan minuman agar makanan dan minuman tersebut tetap segar, bau dan rasanya tidak berubah, atau melindungi makanan dari kerusakan akibat membusuk atau terkena bakteri/ jamur. Karena penambahan zat aditif, berbagai makanan dan minuman masih dapat dikonsumsi sampai jangka waktu tertentu, mungkin seminggu, sebulan, setahun, atau bahkan beberapa tahun. Dalam makanan atau minuman yang dikemas dan dijual di toko-toko atau supermarket biasanya tercantum tanggal kadaluarsanya, tanggal yang menunjukkan sampai kapan makanan atau minuman tersebut masih dapat dikonsumsi tanpa membahayakan kesehatan.
Seperti halnya zat pewarna dan pemanis, zat pengawet dapat dikelompokkan menjadi zat pengawet alami dan zat pengawet buatan.
Zat pengawet alami berasal dari alam, contohnya gula (sukrosa) yang dapat dipakai untuk mengawetkan buah-buahan (manisan) dan garam dapur yang dapat digunakan untuk mengawetkan ikan.

Zat pengawet sintetik atau buatan merupakan hasil sintesis dari bahan-bahan kimia. Contohnya, asam cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan natrium propionat atau kalsium propionat dipakai untuk mengawetkan roti dan kue kering. Garam natrium benzoat, asam sitrat, dan asam tartrat juga biasa dipakai untuk mengawetkan makanan. Selain zat-zat tersebut, ada juga zat pengawet lain, yaitu natrium nitrat atau sendawa (NaNO3) yang berfungsi untuk menjaga agar tampilan daging tetap merah. Asam fosfat yang biasa ditambahkan pada beberapa minuman penyegar juga termasuk zat pengawet.
Selain pengawet yang aman untuk dikonsumsi, juga terdapat pengawet yang tidak boleh dipergunakan untuk mengawetkan makanan. Zat pengawet yang dimaksud, di antaranya formalin yang biasa dipakai untuk mengawetkan benda-benda, seperti mayat atau binatang yang sudah mati. Pemakaian pengawet formalin untuk mengawetkan makanan, seperti bakso, ikan asin, tahu, dan makanan jenis lainnya dapat menimbulkan risiko kesehatan. Selain formalin, ada juga pengawet yang tidak boleh dipergunakan
untuk mengawetkan makanan. Pengawet yang dimaksud adalah pengawet boraks. Pengawet ini bersifat desinfektan atau efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroba penyebab membusuknya makanan serta dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga lebih kenyal. Boraks hanya boleh dipergunakan untuk industri nonpangan, seperti dalam pembuatan gelas, industri kertas, pengawet kayu, dan keramik. Jika boraks termakan dalam kadar tertentu, dapat menimbulkan sejumlah efek samping bagi kesehatan, di antaranya:
a. gangguan pada sistem saraf, ginjal, hati, dan kulit;
b. gejala pendarahan di lambung dan gangguan stimulasi saraf pusat;
c. terjadinya komplikasi pada otak dan hati; dan
d. menyebabkan kematian jika ginjal mengandung boraks sebanyak 3–6 gram.
Walaupun tersedia zat pengawet sintetik yang digunakan sebagai zat aditif makanan, di negara maju banyak orang enggan mengonsumsi makanan yang memakai pengawet sintetik. Hal ini telah mendorong perkembangan ilmu dan teknologi pengawetan makanan dan minuman tanpa penambahan zat-zat kimia, misalnya dengan menggunakan sinar ultra violet (UV), ozon, atau pemanasan pada suhu yang sangat tinggi dalam waktu singkat sehingga makanan dapat disterilkan tanpa merusak kualitas makanan.

4. Zat Penyedap Cita Rasa
Di Indonesia terdapat begitu banyak ragam rempahrempah yang dipakai untuk meningkatkan cita rasa makanan, seperti cengkeh, pala, merica, ketumbar, cabai, laos, kunyit, bawang, dan masih banyak lagi yang lain. Melimpahnya ragam rempah-rempah ini merupakan salah satu sebab yang mendorong penjajah Belanda dan Portugis tempo dulu ingin menguasai Indonesia. Jika rempah-rempah dicampur dengan makanan saat diolah, dapat menimbulkan cita rasa tertentu pada makanan.
Selain zat penyedap cita rasa yang berasal dari alam, ada pula yang berasal dari hasil sintesis bahan kimia. Berikut ini beberapa contoh zat penyedap cita rasa hasil sintesis:
a. oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma seperti buah jeruk jika dicampur dengan zat penyedap ini;
b. etil butirat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah nanas pada makanan;
c. amil asetat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah pisang;
d. amil valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini maka akan terasa dan beraroma seperti buah apel.
Selain zat penyedap rasa dan aroma, seperti yang sudah disebutkan di atas, terdapat pula zat penyedap rasa yang penggunaannya meluas dalam berbagai jenis masakan, yaitu penyedap rasa monosodium glutamat (MSG). Zat ini tidak berasa, tetapi jika sudah ditambahkan pada makanan maka akan menghasilkan rasa yang sedap. Penggunaan MSG yang berlebihan telah menyebabkan “Chinese restaurant syndrome” yaitu suatu gangguan kesehatan di mana kepala terasa pusing dan berdenyut. Bagi yang menyukai zat penyedap ini tak perlu khawatir dulu. Kecurigaan ini masih bersifat pro dan kontra. Bagi yang mencoba menghindari untuk mengonsumsinya, sudah tersedia sejumlah merk makanan yang mencantumkan label “tidak mengandung MSG” dalam kemasannya.
Pada pembahasan sebelumnya, kamu sudah mempelajari tentang pengelompokan zat aditif berdasarkan fungsinya beserta contoh-contohnya. Perlu kamu ketahui bahwa suatu zat aditif dapat saja memiliki lebih dari satu fungsi.
Seringkali suatu zat aditif, khususnya yang bersifat alami memiliki lebih dari satu fungsi. Contohnya, gula alami biasa dipakai sebagai zat aditif pada pembuatan daging dendeng. Gula alami tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pemanis, tetapi juga berfungsi sebagai pengawet. Contoh lain adalah daun pandan yang dapat berfungsi sebagai pemberi warna pada makanan sekaligus memberikan rasa dan aroma khas pada makanan.


KANDUNGAN ZAT ADITIF PADA KEMASAN MAKANAN

ID NAMA PRODUK JENIS MAKANAN KANDUNGAN ZAT ADDITIVE
1 Chitato Makanan Ringan TBHQ,MSG, CaCO3, DG, DI, pewarna, NaB
2 Chitos Makanan Ringan DG, DI, CaCO3, FF, TBHQ, pewarna, NaB, MSG
3 Piattos Makanan Ringan KCl, AAS, pewarna, NaB, MSG
4 French Fries Makanan Ringan NaB, pewarna, Si, FF, AS, MSG
5 Potato Chips Makanan Ringan NB, FF, pewarna, AS, MSG
6 Potato Steak Makanan Ringan DG, DI, CaCO3, FF, TBHQ, MSG
7 Happy Tos Makanan Ringan KB, SB, pewarna, NaB, FF, MSG
8 Balls Makanan Ringan TBHQ, MSG, CaCO3, DG, DI, pewarna, NaB, Si
9 Taro Makanan Ringan NB, FF, AS, CaCO3, KB, NaB, DG, DI, MSG
10 Double Dekker Makanan Ringan TBHQ, MSG, CaCO3, DG, NaB, pewarna, AS
11 Jet Zet Makanan Ringan KB, SB, MSG, NaB, FF, TBHQ, pewarna, KCO3, NB
12 Twisko Makanan Ringan DG, DI, KCO3, FF, TBHQ, TBHQ, MSG
13 Mie Remes ABC Makanan Ringan MSG, KB, SB, NaB, FF, pewarna, NB, Aas
14 Indomie Goreng Makanan Siap Saji Fe, PK, P, pewarna, AF, MSG, KB, SB, Aas, NB
15 Selera Rakyat Makanan Siap Saji MSg, NaK, NaB, KCO3, G, pewarna, KB
16 Sedap Makanan Siap Saji Tk, AR, MSG, pewarna, NB, NaB, KB, CaB
17 ABC Makanan Siap Saji MSG, NB, KB, CaB, TBHQ, Fe, PK, AF
18 Sarimie Makanan Siap Saji MSG, NB, MNG, MH, pewarna, AF, Fe
19 Gaga Makanan Siap Saji TF, MSG, NB, MNG, P, PK
20 Mi Duo Makanan Siap Saji MSG, Ng, NB, MNG, AF, AR
21 Salam Mie Makanan Siap Saji NaK, KCO3, Po, G, pewarna, Fe, Af, MSG
22 POP Mie Makanan Siap Saji P, PK, Ng, MSG, AF, NB, MNG, Po
23 CUP Noodles Makanan Siap Saji pewarna, PK, F, Hp, Ps
24 Mie Gelas Makanan Siap Saji P, TBHQ, PK, MSG, MNG, NB
25 Mie Soun Makanan Siap Saji MSG,MNG, P, NB, PK, AF
26 Al-Ham Mie Makanan Siap Saji MSG,MNG, P, NB, PK, AF, TF
27 Sambal Asam Manis Kokita Bumbu dalam Botol Al, Ast, AS,MSG,Sk,AB,Ph
28 Sambal Terasi Kokita Bumbu dalam Botol SB,MSG,Sk,AB,Bt
29 Sambal Bajak Kokita Bumbu dalam Botol SB,NB,MSG,Sk,Bt
30 Sambal Kecap Kokita Bumbu dalam Botol Pt,SB,MSG,Sk
31 Sambal Tauco Kokita Bumbu dalam Botol SB,Bd,MSG,Sk,Krt, NB
32 Sambal Balado Kokita Bumbu dalam Botol NB,Ast,SB,MSG,pewarna
33 Sambal Bangkok Kokita Bumbu dalam Botol Aa,Ca,La,SB,MSG,pewarna,NB
34 Sambal Indofood Bumbu dalam Botol Tkl,MSG,SB,pewarna,NB
35 Sambal Sasa Bumbu dalam Botol MSG,pewarna,P,Ast,NB,SB
36 Saus Tomat Lombok Bumbu dalam Botol NB,pewarna,MSG,Sk,AS,P,KB,Bd
37 Saus Raja Rasa Bumbu dalam Botol MSG,NB,Ca,Sk,pewarna
38 Saus Tiram Bumbu dalam Botol pewarna,MSG,Sk,Ca,NB,Ks
39 Kecap Sate Bumbu dalam Botol Sk,pewarna,NB,P
40 Kecap Indofood Bumbu dalam Botol KB,CaB,NB,Sk,pewarna,P,MSG
41 Kecap Cap Dorang Bumbu dalam Botol Sk,pewarna,P,NB,MSG
42 Kecap Bango Bumbu dalam Botol KB,CaB,NB,MSG,P
43 Kecap Piring Lombok Bumbu dalam Botol NB,MSG,P,Sk
44 Kecap ABC Bumbu dalam Botol MSG,P,Sk,NB
45 Saus Inggris Bumbu dalam Botol Vn,Gr,Sa,NB,MSG,P,Sk
46 Santan Kara Bumbu Pelengkap dalam Kemasan Plastik MSG,Sk,P,NB,TBHQ
47 Cip Corned Beef Makanan Kaleng Nn,Po,N,Bd,Pn,Dg,MSG,Sc,Dim,Sn
48 Cip Soppini Makanan Kaleng TBHQ,Sn,Po,MSG,Bd,Pt,NB
49 Corned ABC Makanan Kaleng MNG,Nn,Bd,Pn,Sn
50 Sosis Champ Makanan dalam Kemasan Plastik Bd,Nn,TBHQ,Po,Pt
51 Sosis Farm House Makanan dalam Kemasan Plastik TBHQ,Sn,Po,MSG,Bd,Pt,NB
52 Sosis Vida Makanan dalam Kemasan Plastik NB,TBHQ,Po,Sn,Bd
53 Sosis Bernardi Makanan dalam Kemasan Plastik NB,Bd,Po,Pt
54 Bakso Vida Makanan dalam Kemasan Plastik NB,MSG,Po,TBHQ,B
55 Bakso Bernardi Makanan dalam Kemasan Plastik TBHQ,B,MSG,Po,Sn,NB
56 Qeju-Qeju Makanan Pelengkap dalam Kemasan Kertas KB,CaB,NB,N,Nn,Re,Pt,SB,An
57 Kraft Singles Makanan Pelengkap dalam Kemasan Kertas KB,NB,Kn,Nn,Re,Pt,SB,An,G
58 Blue Band Makanan Pelengkap dalam Kemasan Plastik Krt,Ks,Ss,NB,CaB,KB
59 Palm Boom Makanan Pelengkap dalam Kemasan Plastik NB,CaB,KB,Kst
60 Simas Margarin Makanan Pelengkap dalam Kemasan Plastik Krt,KB,NB,CaB,Ss,Ks
61 Chox Permen Ga,F,Sl,pewarna,Sk,P
62 Golia Permen Sg,Gl,M,Al,El,Pp,pewarna
63 Fruitella Permen AS,Ga,Gs,A,pewarna
64 Trebor Permen Am,AS,Ml,Em,pewarna
65 Big Babol Permen Gb,Gl,Sr,AS,pewarna
66 Gulas Permen pewarna,At,AS
67 Travella Permen Hm,M,CA,pewarna
68 Relaxa Permen pewarna,M,Hm
69 Station Rasa Permen AS,A,pewarna
70 Tango Permen CA,A,pewarna
71 Manise Permen AS,A,pewarna,Sk,P,Sl
72 Tamarin Permen At,AS,Sk
73 Plonk Permen Sg,Gl,M,Al,Pp
74 Kopiko Permen Ga,F,Sl,pewarna,Sk,P
75 Hexos Permen Gl,M,Al,El,Pp
76 Sugus Permen AS,Ga,Gs,F,pewarna
77 Collins Permen P,F,AS,Am,Gl
78 Boom Permen M,CA,AS,Hm,Gl
79 Pindy Mint Permen M,Hm,F,AS,pewarna
80 Hulabaloo Biskuit Ab,R,Pn,Sn,NB
81 Tops Biskuit Sl,Ab,NB
82 Gery Biskuit S,Pn.Sn,NB
83 Nyam-nyam Biskuit Ab,Em,NB,Ft
84 Twister Biskuit Ab,D,NB,Ft
85 Bricko Biskuit D,SB,NB,Sl,Ab
86 Selamat Biskuit V,Sl,Ab
87 Good Time Biskuit Ab,NB,V,Sl
88 Micmac Biskuit Ab,F,pewarna,NB,SB
89 Trenz Biskuit Ab,pewarna,V,Sl,MSG
90 Dueto Biskuit Ab,NB,SB
91 Snips Snaps Biskuit Ab,Sl,S,Pp,SB,NB
92 Trakinas Biskuit Ab,NB,pewarna,F,Sl
93 Oops Biskuit pewarna,Hp,NB,MSG
94 Oreo Biskuit Ab,NaB,NB
95 Ritz Biskuit Am,Pr,MNG,Kf
96 Tropicool Jelly NB,AS,Kr,Pc,pewarna
97 Okky Jelly I,Ks,Pe,pewarna
98 Inaco Jelly NB,AS,I,Pc,pewarna
99 Mariza Selai AS,Ks,pewarna
100 Welco Selai AS,pewarna,NB,Ks,P
101 Harry Selai pewarna,NB,AS,Ks,Pt
102 Pido Selai NB,AS,Ks,P,pewarna
103 Iduna Selai NB,Ks,AS,P,pewarna,Pt,I
104 Fresh Pemanis dalam botol NB,P,pewarna,CaB,KB,Bd,P,Pe
105 Marjan Pemanis dalam botol pewarna,NB,KB,Pe
106 Abc Pemanis dalam botol pewarna,Pe,P,Cab,Nb
107 Coffe Mocca Pemanis dalam botol Pe,NB,KB,P,pewarna
108 Leo Pemanis dalam botol P,Pe,pewarna,CaB,NB
109 Pocarri Sweat Minuman dalam kaleng AS,Ns,NaCl,CaCl,Kal,Mg,Prs
110 Fanta Minuman dalam kaleng Mg,Prs,pewarna,KB,CaB,NB,Bd
111 Green Sand Minuman dalam kaleng Prs,CaB,KB,Bd,Mg
112 Sprite Minuman dalam kaleng Prs,Mg,AS,Kal,NB
113 Coca-cola Minuman dalam kaleng KB,NB,Mg,Kal,AS
114 Diet Coke Minuman dalam kaleng AS,NB,Mg,Kal
115 Pepsi Minuman dalam kaleng AS,NB,Mg,Kal,Prs
116 Calpico Water Minuman dalam kaleng AS,Ns,NaCl,Kal,Mg,Prs
117 Sunkist Minuman dalam kaleng pewarna,Prs,NB,Kal
118 Fruit Tea Minuman dalam kaleng Ps,TBHQ,Prs,F,pewarna,NB
119 Ribena Minuman dalam kaleng Ps,Prs,pewarna,NB,AS
120 Go-go Minuman dalam kaleng Prs,pewarna,NB,AS

Pengertian Makanan Siap Saji dan Kesehatan Konsumen

Makanan siap saji
Makanan siap saji yang dimaksud adalah jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut. Makanan siap saji biasanya berupa lauk pauk dalam kemasan, mie instan, nugget, atau juga corn flakes sebagai makanan untuk sarapan.

Zat Aditif Makanan
Zat aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas, menambahkan rasa dan memantapkan kesegaran produk tersebut.

Kemasan Makanan
Kemasan makanan adalah wadah atau tempat makanan agar kualitas makanan tetap baik, meningkatkan penampilan produk, dan memudahkan transportasi.

Sehat
Sehat adalah berfungsinya organ tubuh secara fisiologis normal. Dalam konsumsi pangan konsumen tidak hanya menilai dari citarasa dan nilai gizinya tetapi juga mempertimbangkan pengaruh pangan terhadap kesehatan dan kebugaran tubuh, atau menurunkan efek negatif suatu penyakit, dan kalau memungkinkan menyembuhkan penyakit tersebut.

Jenis Zat Aditif dan Kemasan Makanan
Menurut Majeed (1996) zat aditif dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu: 1) agen emulsi yaitu aditif yang berbahan lemak dan air contohnya lecitin 2) agen penstabil dan pemekat contohnya alginat dan gliserin, 3) agen penghalang kerak untuk mencegah penggumpalan, 4) agen peningkatan nutrisi contohnya berbagai vitamin, 5) agen pengawet contohnya garam nitrat dan nitrit, 6) agen antioksidan contohnya vitamin C dan E ; BHT (Butylated Hydroxy-Toluen) dan BHA (Butylated Hydroxy-Anisol), 7) agen pengembang untuk roti dan bolu, agen penyedap rasa contoh monosodium glutamat (MSG), 9) bahan pewarna. Selain kesembilan zat aditif diatas Denfer (2001) juga menyatakan terdapat bahan lain yang ditambahkan dalam makanan diantaranya: 1) agen peluntur, 2) lemak hewani, 3) bahan pengasam, 4) bahan pemisah, 5) pati termodifikasi, 6) alkohol, dan 7) gelatin .
Di samping bahan-bahan yang telah disebutkan diatas yang menggunaan, ukuran dan aturannya sudah ditentukan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI), yang patut kita waspadai adalah adanya pewarna maupun pengawet yang ditambahkan yang penggunaannya bukan untuk makanan seperti, borak dan formalin sebagai pengawet yang telah dilaporkan oleh Suriawiria (2003). Dimana disinyalir 86,2% mie basah yang terdapat dipasar dan swalayan mengandung formalin. Selain itu warna merah pada terasi 50% adalah menggunakan pewarna rhodamin B yang seharusnya digunakan untuk tekstil. Selain itu rhodamin juga biasa diberikan dalam sirop untuk menimbulkan warna merah.

Kemasan Makanan Siap Saji

Sampai saat ini menurut Ketua Federasi Pengemasan Indonesia Hengky Darmawan di Indonesia sistem pengemasannya baru 10% yang sesuai aturan SNI. Pemilihan jenis kemasan harus memperhatikan food grade dan food safety (Kompas, 2003).
Beberapa faktor yang mempengaruhi produsen dalam memilih kemasan adalah tampil menarik, mampu melindungi produk yang dikemas, dan pertimbangan ekonomis. Bahan yang digunakan selama ini berupa plastik atau styrofoam (pembungkus mie instant dan nugget), PVC (polyvinyl clorida untuk pembungkus kembang gula), kaleng (makanan buah, susu, makanan lauk-pauk).

Dampak Makanan Siap Saji
Manfaat Makanan Siap Saji
Makan siap saji yang beredar saat ini tercatat 500 – 600 jenis (Media Indonesia, 2003). Jenis tersebut terdiri dari minuman dan makanan yang diproduksi dalam skala kecil dan besar. Ketersediaan makanan siap saji ini akan memberikan kemudahan pemilihan jenis makanan, keragaman makanan, kualitas makanan dan praktis.

Bahaya Makanan Siap Saji
World Health Organization (WHO) dan Food and Agricultural Organization (FAO) menyatakan bahwa ancaman potensial dari residu bahan makanan terhadap kesehatan manusia dibagi dalam 3 katagori yaitu : 1) aspek toksikologis, katagori residu bahan makanan yang dapat bersifat racun terhadap organ-organ tubuh, 2) aspek mikrobiologis, mikroba dalam bahan makanan yang dapat mengganggu keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan, 3) aspek imunopatologis, keberadaan residu yang dapat menurunkan kekebalan tubuh.
Dampak negatif zat aditif terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung, dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Disamping bahaya dari zat aditif makanan siap saji diatas, bahaya lain yang dihadapi oleh konsumen/pengguna makanan siap saji adalah efek samping bahan pengemas. Unsur-unsur bahan pengemas yang berbahaya bagi kesehatan konsumen karena terdapatnya zat plastik berbahaya seperti PVC yang dapat menghambat produksi hormon testosteron (Atterwill dan Flack, 1992) kemasan kaleng disinyalir mengandung timbal (Pb) dan VCM (Vinyl Chlorid Monomer) yang bersifat karsinogenik yaitu memacu sel kanker (Media Indonesia, 2003), dan styrofoam bersifat mutagenik (mengubah gen) dan karsinogenik (Kompas, 2003).

Upaya Meminimalisasi Dampak Negatif
Untuk mengurangi dan meminimalisasi dampak negatif zat aditif makanan dapat di upayakan dengan beberapa cara antara lain :
1. Secara Internal
Mengurangi konsumsi makanan siap saji, meningkatkan konsumsi sayur dan buah-buahan serta mengkonsumsi vitamin. Beberapa vitamin diduga mengandung zat antikarsinogen diantaranya adalah Vitamin A, C, E banyak terdapat dalam sayur dan buah; asam folat terdapat dalam brokoli, bayam dan asparagus: Betakaroten, Vitamin B3 (niasin), vitamin D dalam bentuk aktif (1.25-hidroksi) terdapat pada mentega, susu, kuning telur, hati, beras dan ikan.
Memberi pengertian pada keluarga tentang bahaya zat aditif, mengawasi, mengontrol pemberian dan penggunaan uang jajan dan membiasakan membawa bekal makanan sehat dari rumah
2. Secara Eksternal
Produsen; diperlukan kesadaran dan tanggung jawab produsen terhadap penggunaan zat aditif pada bahan pangan yang diproduksikan, memberikan informasi yang jelas komposisi makanan termasuk zat aditif yang ditambahkan

Pemerintah; melakukan pengawasan dan menindak tegas produsen yang melanggar aturan yang berlaku. Meneruskan kegiatan P
MT-AS (Program Makanan Tambahan-Anak Sekolah) dengan memanfaatkan sumber makanan lokal.
Non-pemerintah (LSM); memfasilitasi terbentuknya kelompok konsumen, mendorong peran serta masyarakat sebagai pengawas kebijakan publik, mengantisipasi kebijakan global yang berdampak pada konsumen, melakukan pengawasan dan bertindak sebagai pembela konsumen.

RACUN ZAT ADITIF DALAM MAKANAN DAN MINUMAN KITA

Bahan aditif atau zat tambahan makanan (food additive) adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik). Bahan aditif digunakan pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan. Tujuannya adalah diharapkan menghasilkan baik langsung maupun tidak langsung mempengaruhi sifat khas makanan tersebut. Definisi tersebut dimabil oleh Komisi Codex Alimentarius, suatu badan antar-pemerintah yang terdiri atas kira-kira 120 negara (FAP/WHO, 1983).

Apa saja jenis bahan aditif?
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No: 772/MENKES/PER/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan, maka yang dimaksud dengan bahan tambahan makanan adalah antioksidan, antikempal, pengatur keasaman, pemanis buatan, pemutih/pematang tepung, pengemulsi, pemantap, pengental, pengawet, pengeras, pewarna alami maupun buatan, penyedap rasa, aroma, dan pengikat logam (sekustran).

Jenis zat aditif di atas merupakan zat aditif yang tambahan makanan yang secara langsung atau sengaja diberikan. Selain itu dikenal pula zat tambahan makanan tidak langsung dan bahan pencemar makanan. Beberpa zat dapat menjadi bagian dari makanan karena digunakan dalam produksi, pengolahan, atau penyimpanan makanan itu. Ini mencakup zat antibiotik dan zat anabolik yang digunakan selama pemeliharaan hewan di peternakan, residu dari perlengkapan mesin pengolah bahan pangan, dan zat yang lolos dari bahan pengemas.

Bahan pencemar terdapat dalam makanan sebagai akibat polusi lingkungan atau salah olah pada makanan. Dengan kata lain, zat-zat ini tidak mempunyai kegunaan khusus dalam produk akhir atau dalam pengolahan makanan. Contohnya adalah merkuri dalam ikan yang ditangkap di perairan tercemar, berbagai jenis pestisida pada sayur-sayuran dan buah-buahan serta beras, mikotoksin yang terdapat dalam kacang-kacangan dan biji-bijian yang di simpan secara tidak tepat. Dengan demikian zat itu berbeda dengan zat tambahan makanan langsung dan tidak langsung.
Apa bahaya dari bahan aditif langsung tersebut?

Lebih dari 600 zat tambahan makanan sengaja ditambahkan pada berbagai jenis makana kita. Toksisitas dari kebanyakan zat tambahan ini telah dievalusi sesuai dengan prosedur yang berlaku. Beberapa zat tambahan telah dibatasi dan dilarang, atau harus diberi label tentang bahaya toksikologinya. Namun, demikian di lapangan masih terjadi pelanggaran terhadap peraturan tersebut. Penggunaan bahan aditif dapat menjadi racun pada makanan yang akhirnya akan menimbullkan berbagai masalah kesehatan serius pada manusia. 


Zat tambahan yang penting ditinjau dari segi toksikologinya dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Karsinogenisitas
Pewarna buatan dapat menimbulkan kanker usus dan pankreas. Ini disebabkan kandungan arsen di dalamnya.
Siklamat dapat mengakibatkan kanker kandung kemih
Sakarin dilaporkan memiliki karsinogenisitas yang tinggi selain menyebabkan terputusnya plasenta
Nitrat dan nitrit sebagai pewarna, pengawet dan memberkan rasa pada daging merupakan karsinogen kuat karena bergabung dengan amin membentuk berbagai nitrosamin.
BHA (butil hidroksianisol) dan BHT (butil hidrokritoluen) dipergunakan sebagai antioksidan dan telah diselediki merugikan dan berbahaya, bahkan diyakini memiliki sifat karsinogen.
Reaksi hipersensitivitas
Beberapa zat tambahan makanan diketahui dapat menginduksi reaksi hipersensitivitas pada orang rentan. Karena secara umum zat-zat ini hanya mempengaruhi sebagian keci populasi. Zat-zat tambahan makanan yang penyebab hipersensitivitas yang dikenal secara luas adalah tatrazin, Sulfur dioksida, dan Monosodium glutamat (MSG).
Tartrazin, zat pewarna kuning yang dipergunakan secara luas dalam berbagai makanan olahan telah diketahui dapat menginduksi reaksi alergi terutama bagi orang yang alergi terhadap aspirin.
Sulfur dioksida (SO2) dan zat kimia yang berhubungan, misalnya bisulfit dan mtabisulfit, digunakan sebagai bahan pengawet dalam makanan olahan selai salad.
Monosodium glutamat (MSG)
Mengkonsumsi MSG secara berlebihan dapat menimbulkan Chinese Restaurant Syndrome (kesemutan pada punggung, leher, rahang bawah, sesak nafas, dan kepala pusing). Percobaan pada anak tiku menunjukkan bahwa MSG dosis tinggi menyebabkan menderita gangguan syaraf, kerusakan retina mata, dan pertumbuhan kerdil.
Zat kimia yang sering disalahgunakan adalah borak. Borak sebenarnya bukan untuk bahan pengawet makanan, tetapi digunakan sebagai bahan antiseptik dalam bentuk bedak, cairan dan salep (dalam bentuk asam borak). Borak juga digunakan sebagai pembasmi semut. Penggunaan borak sebagai bahan pengawet makanan merupakan bentuk penyalahgunaan. Makanan yang sering ditambahkan borak adalah bakso dan mie dengan tujuan meningkatkan sifat kekenyalan. Konsumsi borak dapat menimbulkan kelainan susunan saraf, saluran pencernaan, ginjal, hati, dan kulit. Pada susunan saraf borak dapat menimbulkan depresi, kekacauan mental, dan mungkin retardasi mental.
Efek burung lainnya
Selain karsinogenisitas dan reaksi hipersensitivitas, penemuan efek buruk yang lain telah mendorong dibuatnya keputusan pengaturan atau penyelidikan tambahan. Contohnya adalah lesi jantung pada hewan coba yang berhubungan denga minyak nabati yang diberi brom (brominated vegetable oil = BVO) , lesi hati yang berhubungan dengan RN Jingga dan Panceau 2R yang menyebabkan dilarangnya penggunaan zat-zat itu. Efek lain misalnya kerusakan sel darah merah (RN Jingga), penyimpanan dalam jaringan (BVO), dan atrofi testis (sikloheksilamin dari siklamat).
Apakah bahaya zat tambahan tak langsung dan bahan pencemar?

a. Bahan Pengemas
Beberapa zat dapat berpindah dari wadah makanan, bahan pembungkus, dan lain-lain ke makanan yang dibungkus di dalamnya. Kebanyakan zat kimia yang dapat berpindah dari bahan pengemas jenis konvensional, misalnya kertas dan kayu dianggap aman. Namun, belakangan ini banyak kemasan terbuat dari bahan polimer. Monomer yang terkandung dalam polimer terdapat dalam jumlah tertentu, sisa reaktan, zat antara, bahan bantu pengolahan, pelarut dan zat tambahan plastik-serta hasil reaksi sampingan dan degradasi kimia dapat perpindah ke dalam makanan yang bersentuhan dengannya. Beberapa zat kimia tersebut telah terbukti bersifat toksik bahkan bersifat karsinogenik.

b. Residu Obat Hewan dalam Makanan Manusia.
Ada tiga jenis obat yang digunakan pada hewan penghasil makanan yang dapat meninggalkan residu dalam makanan manusia misalnya daging, susu dan telur. Yang merupakan masalah dalam hal ini bukan saja zat kimia induknya, perlu juga dipertimbangkan metabolit yang dihasilkan oleh proses metabolisme hewan, termasuk bioaktivasi, yang dapat memilikisifat toksik yang berbeda.
Obat terapeutik, biasanya digunakan pada hewan individual untuk penyakit khusus dan hanya dalam jangka waktu yang relatif pendek. Obat-obat ini tidak merupakan masalah kesehatan yang besar tetapi kemungkinan juga memiliki efek negatif.
Antibiotik, bisanya diberikan pada makanan hewan untuk mencegah berjangkitnya penyakit yang disebabkan oleh kuman dan untuk mempercepat pertumbuhan. Ada dua bahaya potensial bagi kehidupan. Satu di antaranya adalah munculnya strain mikroorganisme patogen yang resisten, dan yang lain adalah reaksi hipersensitivitas silang pada penderita yang memakai antibiotik yang sama.
Anabolik adalah pemacu tumbuh. Zat ini kemungkinan bersifat karsinogenisitas walaupun sedikit. Suatu karsinogen dapat efektif walaupun pada dosis rendah.
Residu Dan Pencemaran
Mikotosin merupakan senyawa beracun yang diproduksi oleh kapang (mold) atau jamur. Salah satu contoh mikotoksin adalah aflatoksin yang diproduksi oleh jamur asperfillus flavus, terdapat dalam kacang-kacangan dan butir padi-padian. Aflatoksin merupakan karsinogen yanf sangat kuat.
Residu Pestisida. Keracunan pestisida tidak hanya terjadi karena paparan (exposure) langsung oleh pestisida tetapi bisa terjadi pula lantaran manusia mengkonsumsi bahan-bahan makanan seperti sayur-sayuran, buah-buahan, makanan pokok, bahkan tanaman obat. Residu tidak hanya berasal dari aplikasi langsung, dapat pula terkontaminasi melalui hembusan angin, debu, terbawa air hujan, ataupun tanah yang banyak mengandung pestisida. Dewasa ini sebagian besar tanaman buah-buahan, sayuran, makanan pokok, tanaman obat dan lainnya telah tercemar racun pestisida. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pemakaian segala jenis pestisida yang hampir 100% oleh petani. Pestisida telah terbukti menimbulkan berbagai permasalahan terhadap kesehatan, merusak jaringan dan organ, sistem syaraf, teratogennisitas, efek pada fungsi reproduksi, kerusakan ginjal dan tentunya merupakan karsinogen yang kuat. Sayangnya, ternyata residu pestisida yang ada pada bahan makanan tidak bisa dihilangkan dengan perlakuan seperti pencucian dan pemasakan tetapi hanya bisa dikurangi.
Logam. Logam yang paling perlu diperhatikan antara lain adalah merkuri, timbal dan kadmium. Bahaya merkuri akut maupun kronis diakibatkan oleh penggunaan yang tidak tepat atau termakannya tersebut yang digunakan sebagai fungisida dalam pengawetan padi-padian. Efek lain terjadi karena mengkomsi hasil laut seperti ikan dan kerang yang tercemar oleh limbah. Bahaya timbal dirasakan akibat manusia terpajan pada logam ini lewat udara, air dan makanan. Makanan yang dijual dipinggir jalan dapat pula tercemar timbal. Kadmium memasuki rantai makanan melalui pencemaran tanah dan air. Penyakit itai-itai di Jepang diduga karena pajanan kronis terhadap kadmiun melalui konsumsi beras yang tercemar dalam jangka panjang. Jelasnya ketiga jenis logam ini mempunyai dampak buruk bagi kesehatan manusia baik kronis maupun akut serta merupakan agen karsinogen.

ZAT ADITIF MAKANAN & FORMALIN

Pernahkah anda membaca label isi kandungan makanan ringan yang anda beli? Jika diperhatikan betul-betul, anda pasti sadar selain komponen utama makanan atau obat-obatan yang anda beli sering mengandungi berbagai bahan campuran lain. Contohnya, bahan-bahan campuran yang diberi nama huruf awal “E”, seperti E101 (Riboflavin), E123 (Amaranth), E211 (Natrium Benzoate), E249 (Kalium Nitrit), E322 (Lesitin) dan sebagainya. Bahan-bahan campuran ini diberi nama aditif. Jadi zat aditif makanan merupakan zat yang yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan dengan maksud meningkatkan cita rasa, tampilan, daya simpan, dll.
Bahan aditif makanan dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok tertentu tergantung kegunaanya, diantaranya:
MSG sebagai penguat rasa makanan dan juga untuk melezatkan makanan. MSG merupakan zat aditif makanan buatan, sedangkan yang alami diantaranya adalah bunga cengkeh.
Tartrazin adalah pewarna makanan buatan yang mempunyai banyak macam pilihan warna, diantaranya Tartrazin CI 19140. Bahan pewarna makanan alami diantaranya adalah daun pandan.
Gom Arab adalah bahan aditif alami yang gunanya untuk mengemulsi minyak dan air agar dapat bersatu.
Garam alginat dan gliserin marupakan bahan adtif buatan yang digunakan untuk menstabilkan dan memekatkan suatu makanan sehinggga dapat membuat makanan bertekstur lembut dan rata
Bahan aditif juga bisa membuat penyakit jika tidak digunakan sesuai dosis, apalagi bahan aditif buatan atau sintetis. Penyakit yang biasa timbul dalam jangka waktu lama setelah menggunakan suatu bahan aditif adalah kanker, kerusakan ginjal, dan lain-lain. Lebih parah lagi, apabila zat aditif yang digunakan sebenarnya bukan untuk dikonsumsi manusia (karena bersifat toxic) seperti pewarna merah Rhodamine-B (pewarna textile), Borax sebagai pengenyal dan pengawet (racun semut/kecoa serta bahan campuran barang industri termasuk pembuatan kaca anti peluru), Formalin sebagai pengawet makanan basah (biasa di gunakan mengawetkan mayat), Gula tetes serta pemanis buatan yang tidak disarankan antara lain Sakarin (daya manis hingga 500x gula tebu), dll.

TENTANG FORMALIN

Formalin : adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%.Penggunaan Formalin yang salah adalah hal yang sangat disesalkan. Melalui sejumlah survey dan pemeriksaan laboratorium, ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini dilakukan oleh produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh prduk yang sering diketahui mengandung formalin misalnya
1. Ikan segar : Ikan basah yang warnanya putih bersih, kenyal, insangnya berwarna merah tua (bukan merah segar), awet sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk.
2. Ayam potong : Ayam yang sudah dipotong berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk.
3. Mie basah : Mie basah yang awet sampai beberapa hari dan tidak mudah basi dibandingkan dengan yang tidak mengandung formalin.
4. Tahu : Tahu yang bentuknya sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet beberapa hari dan tidak mudah basi
Akibat bagi manusia : Karena resin formaldehida dipakai dalam bahan konstruksi seperti kayu lapis/tripleks, karpet, dan busa semprot dan isolasi, serta karena resin ini melepaskan formaldehida pelan-pelan, formaldehida merupakan salah satu polutan dalam ruangan yang sering ditemukan. Apabila kadar di udara lebih dari 0.1 mg/kg, formaldehida yang terhisap bisa menyebabkan iritasi kepala dan membran mukosa, yang menyebabkan keluar air mata, pusing, teggorokan serasa terbakar, serta kegerahan.
Kalau terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi jadi asam format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan nafas menjadi pendek dan sering, hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya.
Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh protein, sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang percobaan yang menghisap formaldehida terus-terusan terserang kanker dalam hidung dan tenggorokannya, sama juga dengan yang dialami oleh para pegawai pemotongan papan artikel. Tapi, ada studi yang menunjukkan apabila formaldehida dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan dalam bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsinogenik terhadap makhluk hidup yang terpapar zat tersebut.
Pembuatan: Secara industri, formaldehida dibuat dari oksidasi katalitik metanol. Katalis yang paling sering dipakai adalah logam perak atau campuran oksida besi dan molibdenum serta vanadium. Dalam sistem oksida besi yang lebih sering dipakai (proses Formox), reaksi metanol dan oksigen terjadi pada 250 °C dan menghasilkan formaldehida, berdasarkan persamaan kimia
2 CH3OH + O2 → 2 H2CO + 2 H2O.
Katalis yang menggunakan perak biasanya dijalankan dalam hawa yang lebih panas, kira-kira 650 °C. dalam keadaan begini, akan ada dua reaksi kimia sekaligus yang menghasilkan formaldehida: satu seperti yang di atas, sedangkan satu lagi adalah reaksi dehidrogenasi
CH3OH → H2CO + H2.
Bila formaldehida ini dioksidasi kembali, akan menghasilkan asam format yang sering ada dalam larutan formaldehida dalam kadar ppm. Di dalam skala yang lebih kecil, formalin bisa juga dihasilkan dari konversi etanol, yang secara komersial tidak menguntungkan.
Kegunaan lain Formaldehide (bahan Formalin):

Pengawet mayat
Pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya.
Bahan pembuatan sutra sintetis, zat pewarna, cermin, kaca
Pengeras lapisan gelatin dan kertas dalam dunia Fotografi.
Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
Bahan untuk pembuatan produk parfum.
Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku.
Pencegah korosi untuk sumur minyak
Dalam konsentrat yang sangat kecil (kurang dari 1%), Formalin digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih barang rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut kulit, perawatan sepatu, shampoo mobil, lilin, dan pembersih karpet.

Artikel Terkait